HAKIKAT PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

 Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat dari generasi ke generasi. Hampir dari seluruh kegiatan manusia yang bersifat positif dapat dianggap bahwa mereka telah melakukan proses pendidikan. Tujuan pendidikan secara luas antara lain adalah untuk meningkatkan kecerdasan, membentuk manusia yang berkualitas, terampil, mandiri, inovatif, dan dapat meningkatkan keimanan, dan ketakwaan. Oleh karena itu, pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan sebagai makhluk individu, sosial, dan beragama. Di sinilah peran lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal untuk membantu masyarakat dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang telah disampaikan di atas, melalui pendidikan sepanjang hayat manusia diharapkan mampu menjadi manusia yang terdidik.

Konsep pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal batas usia. Semua manusia baik yang masih kecil hingga lanjut usia tetap bisa menjadi peserta didik karena cara belajar sepanjang hayat dapat dilakukan di mana pun, kapan pun, dan oleh siapa pun. Sebagai suatu asas, pendidikan sepanjang hayat (life long education) menjadi motivasi dalam pengembangan keilmuan Pendidikan Luar Sekolah. Bahkan, Sutaryat Trisnamansyah (dalam Taqiyuddin, 2008: 35) menyatakan bahwa gagasan pendidikan seumur hidup ini lebih tepat dipandang sebagai konsep utama (mastery learning) dalam perencanaan pendidikan luar sekolah. Pada bagian lain, D. Sudjana dalam sumber yang sama menjelaskan bahwa pendidikan sepanjang hayat yang dimunculkan oleh para perencana pendidikan pada tahun 1960-an sebenarnya telah menjadi fenomena yang alamiah dalam kehidupan manusia. Kenyataan ini memberi petunjuk mengenai pentingnya belajar sepanjang hayat bagi kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan belajar (learning needs) dan kebutuhan pendidikan (education needs).

Pendidikan sepanjang hayat tidak terbatas pada pendidikan orang dewasa dan sejenisnya, melainkan mencakup dan membentuk satu kesatuan dan keseluruhan tahap-tahap pendidikan sebagai satu totalitas. Di dalam pendidikan sepanjang hayat, sekolah dipandang sebagai salah satu saja dari sekian agen-agen pendidikan. Padahal, di samping sekolah, ada pula pusat-pusat latihan, lembaga-lembaga, kelompok-kelompok, organisasiorganisasi, industri, dan lain-lain yang berperan dalam mengemban misi pendidikan dalam membentuk masyarakat belajar. Belajar untuk hidup (learning to be) dan masyarakat gemar belajar (learning society) menjadi tujuan pendidikan sepanjang hayat.

Tahap Proses Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat

Tahapan belajar manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama ialah proses belajar yang tidak dapat dilihat oleh pancaindra karena proses belajar terjadi dalam pikiran seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar. Proses ini sering disebut dengan proses intern. Bagian yang kedua disebut proses belajar ekstern. Proses ini dapat menunjukkan apakah dalam diri seseorang telah terjadi proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Tahap proses belajar pendidikan sepanjang hayat, yaitu sebagai berikut :

  1. Motivasi, Motivasi dalam hal ini adalah keinginan untuk mencapai suatu hal. Apabila dalam diri peserta didik tidak ada minat untuk belajar, maka tentu saja proses belajar tidak akan berjalan dengan baik. Jika demikian halnya, pendidik harus menumbuhkan minat belajar tersebut dengan berbagai cara, antara lain dengan menjelaskan pentingnya pelajaran dan mengapa materi itu perlu dipelajari.
  2. Perhatian pada Pelajaran, Peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Apabila hal itu tidak terjadi, maka proses belajar akan mengalami hambatan. Perhatian peserta ini sangat tergantung pada pembimbing.
  3. Menerima dan Mengingat, Setelah memerhatikan pelajaran, seorang peserta didik akan mengerti dan menerima, serta menyimpan dalam pikirannya. Tahap menerima dan mengingat ini harus terjadi pada diri orang yang sedang belajar. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi penerimaan dan pengingatan ini, seperti struktur, makna, pengulangan pelajaran, dan interverensi.
  4. Reproduksi, Seseorang dalam proses belajar tidak hanya harus menerima dan mengingat informasi baru saja, tetapi ia juga harus dapat menemukan kembali apa-apa yang pernah dia terima. Agar peserta didik mampu melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan pengajarannya dengan cara yang mengesankan.
  5. Generalisasi, Pada tahap generalisasi ini, peserta didik harus mampu menerapkan hal yang telah dipelajari di tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas. Generalisasi juga dapat diartikan penerapan hal yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain.
  6. Menerapkan Apa yang Telah Diajarkan serta Umpan Balik, Peserta didik harus sudah memahami dan dapat menerapkan apa yang telah diajarkan dalam tahap ini. Pembimbing dapat memberikan tugas atau tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik untuk meyakinkan bahwa peserta didik telah benar-benar memahami. Tes yang diberikan pun dapat berupa tes tertulis maupun lisan. Selanjutnya, pendidik berkewajiban memberikan umpan balik berupa penjelasan mana yang benar dan mana yang salah. Umpan balik seperti itu dapat membuat peserta didik mengetahui seberapa dalam ia memahami apa yang diajarkan dan dapat mengoreksi dirinya sendiri.

Pendidikan sepanjang hayat tidak terbatas pada pendidikan orang dewasa dan sejenisnya, tetapi mencakup dan membentuk satu kesatuan dan keseluruhan tahap-tahap pendidikan sebagai satu totalitas. Pendidikan sepanjang hayat mutlak untuk dijalankan oleh setiap manusia yang terlahir ke dunia ini. Pendidikan sepanjang hayat adalah usaha setiap individu yang dilakukan secara terus menerus untuk membekali dirinya melalui pendidikan (penambahan pengetahuan). Berarti, adanya kesiapan seseorang secara terus-menerus untuk mengisi setiap kesempatan yang ada dengan cara belajar dari berbagai sumber yang tersedia. Tahap belajar sepanjang hayat mengacu pada proses belajar pada umumnya, meliputi motivasi, perhatian pada pelajaran, menerima dan mengingat, reproduksi dan generalisasi, menerapkan apa yang telah diajarkan, serta umpan balik. (MHu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.